Jumat, 07 Januari 2011

NONTON TV pake INTERNET + SOTWARE

Temen-temen pasti tahu TV kan??
Sekarang nonton TV bisa dari mana aja bro.
Saya hanya sharing nonton TV lewat internet dan software. Nonton TVnya bisa domestik maupun luar negeri lho.. asik kan gratis lagi cuma modal internet aja.
Caranya klik aja link sya sediakan

TV CHANNEL DOMESTIK (RCTI, SCTV, TRANSTV, GLOBALTV)

Nah ada yang lebih keren lagi ni yaitu pake software. Temen-temen harus sering update ya biar ga ketinggalan perkembangan channel TV.
Silahkan download

Sabtu, 18 Desember 2010

LAYANAN E-TOLL CARD

Layanan e-Toll Card diperluas
 
Oleh Donald Banjarnahor | 16 December 2010
 

JAKARTA: PT Bank Mandiri Tbk memperluas penggunaan kartu prabayar khusus untuk membayar tol atau e-Toll Card hingga mencakup seluruh ruas tol Jakarta Outer Ring Road (JORR).
Dalam penerapan e-Toll Card, Bank Mandiri bekerja sama dengan PT Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta, kelompok usaha PT Jasa Marga Tbk. Kartu prabayar ini dapat digunakan di 28 gerbang dengan 83 gardu di sepanjang ruas tol JORR.
Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini mengatakan kerja sama diharapkan dapat mendukung kelancaran transaksi pembayaran pada salah satu jalan tol terpadat di Indonesia.
"Sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi tingkat kemacetan dan potensi kerugian yang terjadi akibat pembayaran tol manual," kata Zulkifli dalam peresmian e-Toll Card untuk JORR, di Jakarta, hari ini.
Untuk tahun depan, tuturnya, Bank Mandiri menargetkan penggunaan e-Toll Card hingga ruas tol Jagorawi, ruas tol Cikampek serta lima ruas jalan tol lainnya. Hal ini sejalan dengan ditandatanganinya perjanjian kerjasama penerapan e-Toll Card antara Bank Mandiri dengan sembilan operator tol di Indonesia.
Direktur Utama Jasa Marga Frans S. Sunito mengatakan penerapan e-Toll Card merupakan upaya meningkatkan pelayanan kepada pengguna jalan tol. "Modernisasi pelayanan ini akan terus kita kembangkan sebagai komitmen peningkatan pelayanan kepada masyarakat," kata Frans.
Untuk penerapan, e-Toll Card di Jagorawi, menurut dia, akan segera bisa dioperasikan setelah gerbang tol Cimanggis Utama yang merupakan pengganti gerbang TMII, dioperasikan. Hal serupa juga dilakukan untuk tol Cikampek. "E-Toll Card bisa digunakan setelah gerbang tol Cikarang, yang merupakan pengganti gerbang Pondok Gede Timur, dioperasikan," kata dia.
Frans juga menambahkan tahun 2011, seluruh tol yang dioperasikan oleh Jasa Marga sudah menerapkan e-Toll Card. Hingga saat ini Jasa Marga sudah mengoperasikan 531 km jalan tol atau 72 % dari seluruh tol yang ada. Tahun depan Jasa Marga akan membangun tujuh tol di Indonesia.
Hingga November 2010, jumlah e-Toll Card yang telah diterbitkan mencapai 172 ribu kartu atau meningkat 76% dibandingan periode yang sama di tahun lalu. Sedangkan jumlah transaksi mandiri prabayar hingga November 2010 tumbuh 133% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Untuk pengisian e-Toll Card, Bank Mandiri telah menyediakan 6.000 outlet isi ulang di 600 cabang Mandiri, 4.500 toko Indomaret, 700 SPBU dan 12 sarana isi ulang self service terminal (SST) yang ditempatkan di lokasi strategis. Tahun depan Bank Mandiri akan menambah 200 SST isi ulang dan 2500 ATM di lokasi publik. (api)

Selasa, 16 November 2010

ULASAN SEDIKIT MENGENAI VALUE CHAIN

Konsep value chain (VC) memungkinkan perusahaan mendapatkan competitive advantage melalui cost leadership, differentiation, atau keduanya. Untuk dapat mengerti competitive advantage suatu perusahaan, tidak bisa perusahaan dilihat sebagai satu keseluruhan, tetapi sebagai aktivitas-aktivitas yang saling berhubungan. Aktivitas-aktivitas itu harus diselidiki secara sistematis bagaimana kinerja dan interaksinya.

Value chain perusahaan membentuk suatu hubungan aktivitas yang lebih besar yang disebut value system. Value chain perusahaan berbeda-beda yang merefleksikan sejarah, strategi, dan kesuksesan implementasinya. Dan tiap perusahaan mempunyai lingkup kompetitif (competitive scope) yang berbeda-beda yang mencerminkan suatu sumber potensi competitive advantage. Untuk memperoleh dan mempertahankan competitive advantage tidak hanya tergantung value chain perusahaan tetapi bagaimana perusahaan menyesuaikan dengan value system secara keseluruhan.

Hakekatnya, perusahaan adalah kumpulan aktivitas yang dilakukan untuk mendesain, memproduksi, mamasarkan, menyampaikan, dan mendukung produknya. Pelaksanaan aktivitas memerlukan biaya untuk menghasilkan value yang merupakan jumlah di mana konsumen mau membayarnya. Selisih antara total value dengan biaya adalah margin. Jadi value chain berisi value activities dan margin. Value activities itu sendiri terdiri dari aktivitas primer (primary activities) yang berhubungan secara fisik dengan pembuatan produk, penjualan, transfer kepada konsumen, serta layanan purna jual, dan aktivitas pendukung (support activities) yang mendukung aktivitas primer melalui pembelian masukan, teknologi, sumber daya manusia, dan fungsi lainnya.

Analisis dari value chain lebih sesuai untuk examine compettive advantage ketimbang value added. Value added bukanlah basis baik untuk analisa biaya karena tidak secara benar memisahkan raw materials dari masukan lain yang dipergunakan dalam aktivitas perusahaan. Lebih jauh, value added gagal meng-highlights hubungan antara perusahaan dan pemasoknya yang dapat menurunkan biaya atau memperbesar differensiasi.

Defining the Value Chain
Dimulai dengan generic chain, value activities individual diidentifikasi pada perusahaan tertentu. Setiap generic strategy dapat dibagi ke dalam descrete activities. Prinsip dasar terhadap isolasi dan pemisahan aktivitas, yaitu: (1) mempunyai ekonomi yang berbeda, (2) mempunyai dampak potensial yang tinggi atas differensiasi, atau (3) mewakili proporsi biaya yang signifikan atau growing. Value activities harus di-assigned kepada kategori yang paling baik mewakili kontribusinya dalam competitive advantage perusahaan. Segala sesuatu yang dilakukan perusahaan harus dimasukkan dalam aktivitas primer atau pendukung.

Hubungan dalam Value Chain
 Aktivitas dalam value chain bukan aktivitas yang independen melainkan interdependen. Hubungan antar aktivitas mempengaruhi kinerja dan biaya aktivitas lainnya. Penyebab dari hubungan tersebut adalah sebagai berikut:
  • Fungsi yang sama dapat dilakukan dengan cara yang berbeda.
  • Biaya atau kinerja direct activities diperbaiki dengan usaha yang lebih di indirect activities.
  • Aktivitas yang dilakukan di dalam perusahaan mengurangi kebutuhan untuk memperagakan, menjelaskan, atau melayani produk di lapangan.
  • Fungsi quality assurance dapat dilakukan dengan cara yang berbeda.
Hubungan Vertikal
Hubungan (linkages) tidak hanya terjadi di antara value chain perusahaan tetapi juga value chain pemasok dan channels, hubungan ini disebut hubungan vertikal. Dalam hal ini bagaimana aktivitas dari pemasok atau channel dilakukan akan mempengaruhi kinerja dari aktivitas perusahaan. Hubungan ini menyediakan kesempatan bagi perusahaan untuk meningkatkan competitive advantage-nya.

Metodologi
Konsep dari value chain memperlihatkan metodologi yang unik, dan meliputi beberapa langkah:
  1. <>Mengidentifikasi value chain dari industri lalu melihat biaya, pendapatan, dan asset untuk value activities yang ada.
  2. Melihat cost driver yang mengatur masing-masing value activities.
  3. Mengembangkan keunggulan kompetaitif yang dapat menopang, di mana keseluruhan biaya pengendalian lebih baik dari pesaing-pesaing atau dengan merekonfigurasi value chain.
Identifying Value Chain
Langkah pertqama di dalam membuat dan menggunakan value cahin adalah dengan mengidentifikasikan value chain dari industri.
Aktivitas-aktivitas yang ada harus digabungkan dan dipisahkan jika mengembangkan beberapa atau semua dari kondisi-kondisi:
  • Memperlihatkan persentase yang signifikan dari biaya operasi
  • Perilaku biaya dari aktivitas-aktivitas adalah berbeda
  • Aktivitas-aktivitas tersebut juga dikembangakan oleh pesaing tetapi dengan cara yang berberda

  • Aktivitas-aktivitas tersebut mengembangkan sebuah differensiasi 

    A Strategy for Competitive Advantage

    Analisis biaya secara tradisional memfokuskan atas perhatian kepada value added dengan terjadinya kesalahan dan bahwa hal tersebut adalah satu-satunya area di mana perusahaan dapat mempengaruhi biaya.
    Value added
    sudah mulai ditinggalkan dengan alasan-alasan:
  • Adanya perlakuan yang berbeda antara raw material dan pembelian beberapa masukan yang lain.
  • Value added tidak bisa menandakan hal-hal yang potensial untuk dihubungkan dengan suatu pandangan untuk mengurangi biaya atau penciptaan differensiasi produk.
  • Competitive advantage tidak dapat digunakan secara penuh dengan adanya interaksi antara raw material yang dibeli dengan biaya lainnya.
Dapat disimpulkan, bahwa metodologi untuk membuat dan menggunakan value chain mencakup langkah-langkah:
  1. Mengidentifikasi value chain dari industri, lalu membuat daftar biaya, pendapatan, dan asset untuk tiap-tiap aktivitas.
  2. Mengidentifikasi cost drivers yang mengatur setiap value activity.
  3. Membangun sustainable competitive advantage, baik dengan mengendalikan cost drivers lebih baik dari pesaing atau dengan merekonfigurasi value chain.
Exhibit 8 – artikel memperlihatkan suatu kesimpulan mengenai perbedaan antara value chain dengan akuntansi manajemen tradisional.
Akhirnya sebagai kesimpulannya, perspektif value chain dapat digunakan untuk menurunkan beberapa pandangan berikut:
  • Value chain analysis sebagai langkah awal pemahaman bagaimana posisi perusahaan dalam industri
  • Sekali value chain diartikulasikan secara penuh, keputusan strategis yang kritis menjadi lebih jelas
  • Value chain analysis membantu mengukur daya pemasok dengan manghitung persentase total keuntungan yang diatribusikan ke supplier
  • Value chain framework menjelaskan bagaimana produk perusahaan sesuai dengan value chain pembeli
  • Dalam analisis akhir, pencapaian simultan dari biaya rendah dan differensiasi tergantung dari pemahaman yang memadai dari driver biaya, penghasilan, dan asset pada setiap value activity dan interdepedensi di antara value activities.

PENGERTIAN CRM

CRM
Pengertian
CRM merupakan sebuah pendekatan baru dalam mengelola hubungan korporasi dan pelanggan pada level bisnis sehingga dapat memaksimumkan komunikasi, pemasaran melalui pengelolaan berbagai kontak yang berbeda dengan pelanggan. Pendekatan ini memungkinakn untuk mempertahankan pelanggan dan memberikan nilai tambah terus menerus pada pelanggan, selain juga memperoleh keuntungan yang berkelanjutan.
Hal yang perlu dipahami adalah bahwa dari luar, pelanggan yang berinterkasi dengan perusahaan hanya memahami bisnis yang dilakukan oleh perusahaan sebagai satu entitas, tidak lebih; meskipun pelanggan juga berinteraksi dengan sejumlah pekerja yang berbeda peran dan departemennya. Semua itu tetap dianggap sebagai satu kesatuan. Dengan CRM, dukungan pada proses bisnis, informasi tentang pelanggan dan interaksinya dapat dimasukkan, disimpan, diakses oleh semua staf pada berbagai unit kerja dengan tujuan untuk meningkatkan layanan yang diberikan pada pelanggan, dan menggunakan informasi kontak pelanggan untuk target pemasaran.
CRM (customer relationship management) mengkombinasikan kebijakan, proses, dan strategi yang diterapkan organisasi menjadi satu kesatuan yang digunakan untuk melakukan interaksi dengan pelanggan dan juga untuk menelusuri informasi pelanggan. Pada era saat ini, implementasi CRM selalu akan menggunakan teknologi  informasi untuk menarik pelanggan baru yang mengguntungkan, hingga mereka memiliki keterikatan pada perusahaan.
Konsep ini juga banyak digunakan sebagai sebuah terminologi pada industri informasi sebagai sebuah metodologi, piranti lunak, dan bahkan sebagai kapabilitas internet yang membantu korporasi mengelola hubungan pelanggan. Piranti ini memungkinkan korporasi untuk menjelaskan hubungan secara cukup rinci sehingga manajemen, staf penjualan, staf pelayanan, dan bahkan pelanggan dapat secara langsung mengakses informasi, menyesuaikan kebutuhan antara kebutuhan dan produk, pengingatan pelanggan pada layanan tertentu, dan sebagainya. Dalam pengembangan piranti lunak CRM harus dilakukan pendekatan yang holistik. Terkadang inisiatif implementasi piranti lunak CRM gagal dilakukan karena hanya terbatas pada instalasi piranti saja, tanpa memperhatikan konteks, dukukangan dan pemahaman staf, dan pemenfaatan sepenuhnya sistem informasi.
Banyak aspek yang tercakup dalam CRM. Aspek tersebut pada umumnya akan berhubungan langsung dengan salah satu aspek berikut:
  • Operasi Front office yang langsung berinteraksi dengan pelanggan seperti ketemu langsung, panggilan telepon, e-mail, layanan online, dll.
  • Operasi Back office yang sangat berpengaruh pada aktivitas pada layanan di front office seperti bagian pembayaran, perawatan, perencanaan, pemasaran, dll.
  • Hubungan bisnis, yaitu interaksi dengan perusahaan dan rekanan lain seperti suppliers/ vendors, outlet pengecer dan distribusi, jaringan industri. Jaringan eksternal ini akan mendukung aktivitas di front dan back office.
  • Data kunci dalam CRM dapat dianalisis dengan tujuan melakukan perencanaan kampanye pada target pemasaran, memahami strategi bisnis, dan memutuskan keberhasilan aktivitas CRM seperti pangsa pasar, karakteristik pelanggan, pendapatan dan keuntungan.
Implementasi CRM akan memberikan dampak manfaat bagi korporasi seperti akan memungkinkan untuk memperoleh keseimbangan dalam bagaimana menggunakan sumber daya untuk pemasaran agar mendapat nilai lebih pada segmen tertentu, meningkatkan interaksi pelanggan yang akan mendukung pengalaman branding pada pelanggan, mendongkrak produktivitas penualan melalui pemetaan proses menggunakan teknologi baru, menetapkan tujuan penjualan dan menentukan reward untuk pencapaiannya, fokus pada gab antara harapan pelanggan dan pengalaman layanan saat ini, dengan menggunakan alat analisis akan dapat ditingkatkan pemahaman organisasi tentang pelanggan.
Variasi CRM
Ada beberapa perbedaan pendekatan CRM dengan paket piranti lunak dalam memfokuskan aspek yang berbeda. Beberapa diantara piranti lunak CRM yang dikenal adalah seperti berikut.
1.       Operasional. Operational CRM memberikan dukungan untuk proses bisnis di front office, seperti untuk penjualan, pemasaran, dan staf pelayanan. Interaksi dengan pelanggan biasanya disimban dalam sejarak kontak pelanggan, dan staf dapat melihat kembali informasi pelanggan ketika dibutuhkan. Dengan sejarah kontak pelanggan ini, staf dapat dengan cepat memperoleh informasi penting. Dapat meraih pelanggan dalam waktu dan tempat yang tepat merupakan sesuatu yang sangat diinginkan.
2.       Penjualan. Untuk penjualan biasa digunakan Sales Force Automation (SFA). SFA membantu untuk otomatisasi aktivitas yang terkait dengan staf penjualan, seperti untuk penjadwalan menghubungi pelanggan, pengiriman surat kertas maupun elektronik ke pelanggarn, menelusuri respon pelanggan, membuat laporan, menilai tingkat penjualan, proses order penjualan otomatis.
3.       Analitik. Analytical CRM menganalisis data pelanggan untuk berbagai tujuan seperti merancang dan menjalankan kampanye target pemasaran, termasuk melakukan cross-selling, up-selling, aiatem informasi manajemen untuk forecasting keuangan dan analisis profitabilitas pelanggan.
4.       Intelijen Penjualan. Intelijen Penjualan atau Sales Intelligence dalam CRM adalah sejenis dengan is similar to Analytical CRM, tetapi ditekankan lebih jauh untuk piranti penjualan langsung dengan fitur untuk mencari peluang Cross-selling/ Up-selling/ Switch-selling, kinerja penjualan, kecenderungan pelanggan, margin pelanggan.
5.       Manajemen Kampanye. Campaign management mengkombinasikan elemen antara CRM operasional dan analitik agar dapat menjalankan fungsi pembentukan kelompok target dengan kriteria tertentu menggungakan data pelanggan, mengirimkan materi yang terkait dengan kampanye produk untuk calon tertentu menggunakan berbagai saluran seperti e-mail, telephone, SMS, dan surat, menelusuri, menyimpan dan menganalisis statistik kampanye.
6.       Kolaboratif. Collaborative CRM mencakup aspek-aspek yang ditangani korporasi yang terkait dengan pelanggan pada berbagai departemen seperti pada bagian penjualan, dukungan teknis, dan pemasaran. Staf dari berbagai departemen pada korporasi yang sama dapat saling bertukar dan berbagi informasi yang dikumpulkan ketika berinteraksi dengan pelanggan. CRM jenis ini bertujuan untuk menggunakan informasi yang dikumpulkan secara bersama di semua departemen untuk peningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan.
Strategi dan Implementasi
Sasaran untuk menjalankan strategi CRM harus mempertimbangkan situasi spesifik yang dihadapi perusahaan dan juga kebutuhan dan harapan pelanggan. Informasi yang didapat melalu inisiasi CRM dapat mendukung pengembangan strategi pemasaran dengan mengembangkan pengetahuan pada area-area tertentu seperti identifikasi segmen pelanggan, peningkatan retensi  pelangggan, perbaikan produk yang disampaikan, juga identifikasi pelanggan blue chip (yang paling menguntungkan). Sasaran ini dilakukan dengan melakukan manipulasi informasi yang terkait yang selanjutnya dimanfaatkan bersama untuk ditransformasikan menjadi pengetahuan. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan yang memungkinkan perusahaan dapat lebih memahami pelanggan, dan digunakan untuk menyesuaikan kapabilitas organisasi agar dapat memberikan nilai yang lebih baik bagi pelanggan. Strategi CRM bervaria dalam besaran, komplesitas, cakupanya. Hal ini akan berpengaruh pada tipe apa CRM dikembangkan. Strategi CRM yang efektif akan fokus pada berbagai saluran. Perusahaan harus secara efektif mengelola saluran ini untuk perbaikan pelayanan.
Kegagalan berbagai projek CRM terutama terkait dengan kualitas dan availabilitas data pelanggan. Data yang baik merupakan isu penting. Ketika perusahaan yang menggunakan CRM untuk menelusuri siklus hidup pendapatan, pembiayaan, margin keuntungan, dan interkasi dengan pelanggan secara individual, maka semua ini harus tergambarkan dengan jelas dalam suatu bisnis proses. Data yang digunakan harus dapat diambil dari berbagai sumber data yang ada di tiap departemen atau bidang yang ada di perusahaan. Sistem yang komprehensif dengan struktur yang telah didefinisikan dengan baik akan meningkatkan kualitas data yang dipakai dalam pengambilan keputusan. Meski saat ini banyak piranti lunak yang tersedia tentang CRM, namun perlu diingat bahwa CRM bukan sekedar teknologi namun lebih pada pendekatan komprehensif yang berpusat pada pelanggan. Implikasinya adalah kebijakan, proses, pelatihan staf, manajemen pemasaran, dan manajemen informasi. Dengan cara pandang ini, CRM merupakan hal yang dapat memberikan peran penting dalam usaha merekayasa proses penjualan untuk memberikan nilai tambah pada pelanggan.
  1. Malthouse, Edward C; Bobby J Calder (2005). “Relationship Branding and CRM”. in Alice Tybout and Tim Calkins. Kellogg on Branding. Wiley. pp. 150–168.
  2. Rigby, Darrell K.; Frederick F. Reichheld, Phil Schefter (2002). “Avoid the four perils of CRM”. Harvard Business Review 80 (2): 101–109.
  3. Paul H. Selden (April/May 1996). “SFA Myths Abound“. Sales and Marketing Strategies & News 6 (3): 51 and 53.
  4. Paul H. Selden (November 2000). “The Power of Quality Thinking In Sales and Management“. Quality Progress: 58-64.
  5. Bligh, Philip; Douglas Turk (2004). CRM unplugged – releasing CRM’s strategic value. Hoboken: John Wiley & Sons. ISBN 0-471-48304-4.
  6. Paul H. Selden (1997). Sales Process Engineering: A Personal Workshop. Milwaukee, WI: ASQ Quality Press. p. 23.

Sabtu, 13 November 2010

Supply Chain Management

Pengertian supply menurut Indrajit dan Djokopranoto adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan ditatausahakan dalam buku perusahaan.

Pengertian supply chain Menurut Schroeder adalah sebuah proses bisnis dan informasi yang berulang yang menyediakan produk atau layanan dari pemasok melalui proses pembuatan dan pendistribusian kepada konsumen. Sedangkan menurut Indrajit dan Djokopranoto supply chain adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyalur barang tersebut.
Pengertian Manajemen adalah teknik atau seni untuk mengarahkan dan menggerakkan orang lain dalam rangka mencapai tujuan.
Fungsi-fungsi manajemen yang utama adalah merencanakan (Planing), yaitu merencanakan apa yang akan mereka lakukan, kemudian mengorganisasikan (Organize) untuk mencapai rencana tersebut. Selanjutnya mereka menyusun staf (Staff) organisasi mereka dengan sumber daya yang diperlukan. Dengan sumber daya yang ada, mereka mengarahkan (Directing) untuk melaksanakan rencana. Akhirnya mereka mengendalikan (Control) sumber daya, menjaganya agar tetap beroperasi secara optimal.
Pengertian Supply Chain Management Menurut Schroeder Supply Chain Management (SCM) adalah perancangan, desain, dan kontrol arus material dan informasi sepanjang rantai pasokan dengan tujuan kepuasan konsumen sekarang dan di masa depan. Menurut Simchi-Levi et al SCM adalah suatu pendekatan dalam mengintegrasikan berbagai organisasi yang menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang, yaitu supplier, manufacturer, warehouse dan stores sehingga barang-barang tersebut dapat diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, waktu yang tepat dan biaya yang seminimal mungkin.Dari kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa SCM adalah suatu rantai pengadaan barang kepada pelanggan dalam rangka menjamin ketersediaan material dan meminimalisasikan biaya.

Tujuan supply chain manajemen berdasarkan definisi diatas adalah:
1) Supply chain manajemen menyangkut pertimbangan mengenai lokasi setiap fasilitas yang memiliki dampak terhadap aktivitas dan biaya dalam rangka memproduksi produk yang diinginkan pelanggan dari supplier dan pabrik hingga disimpan di gudang dan pendistribusiannya ke sentra penjualan.
2) Mencapai efisiensi aktivitas dan biaya seluruh sistem, total biaya sistem dari transportasi hingga distribusi persediaan bahan baku, proses kerja dan barang jadi.

Keuntungan menerapkan supply chain menurut Indrajit dan Djokopranoto adalah:

   1 Mengurangi inventori barang. Inventori merupakan aset perusahaan yang berkisar antara 30%-40% sedangkan biaya penyimpanan barang berkisar 20%-40% dari nilai barang yang disimpan.
   2 Menjamin kelancaran arus barang. Rangkaian perjalanan dari bahan baku sampai menjadi barang jadi dan diterima oleh pemakai/pelanggan merupakan suatu mata rantai yang panjang (chain) yang perlu dikelola dengan baik.
   3 Menjamin mutu. Jaminan mutu juga merupakan serangkaian mata rantai panjang yang harus dikelola dengan baik karena mutu barang jadi ditentukan tidak hanya oleh proses produksi tetapi juga oleh mutu bahan mentahnya dan mutu keamanan dalam pengirimannya.

Mencapai supply chain terintegrasi menurut Miranda dan Tunggal terdiri dari beberapa tahapan, antara lain:
Tahap 1 : Baseline (Dasar) Posisi dari kebebasan fungsional yang lengkap di mana masing-masing fungsi bisnis seperti produksi dan pembelian melakukan aktivitas mereka secara sendiri-sendiri dan terpisah dari fungsi bisnis yang lain.
Tahap 2: Integrasi FungsionalPerusahaan telah menyadari perlu sekurang-kurangnya ada penggabungan antara fungsi-fungsi yang melakukan aktivitas hampir sama, misalnya antara bagian distribusi dan manajemen persediaan atau pembelian dengan pengendalian material.
Tahap 3: Integrasi secara internalDiperlukan pengadaan dan pelaksanaan perencanaan kerangka kerja end-to-end.
Tahap 4: Integrasi secara eksternalIntegrasi supply chain yang sebenarnya dengan konsep menghubungkan dan koordinasi yang dicapai pada Tahap3, yang diperluas dengan bagian supplier dan pelanggan.

Supply Chain Management dan Teknologi Informasi
Konsep manajemen supply chain tidak dapat dipisahkan dari perkembangan teknologi informasi (TI). Bahkan kalau dilihat dari sejarahnya, justru kemajuan TI inilah yang melahirkan prinsip-prinsip dasar supply chain. Alasannya adalah karena pengintegrasian berbagai proses dan entitas bisnis di dalam manajamen supply chain adalah melakukan penggunaan bersama-sama terhadap informasi yang dimiliki dan dihasilkan oleh berbagai pihak. Secara umum, peranan TI di dalam manajemen supply chain dapat dilihat dari dua perspektif besar, yaitu perspektif teknis dan perspektif manajerial [Indrajit dan Djokopranoto, p137].
1. Perspektif TeknisDilihat dari sisi teknis, ada dua fungsi dari teknologi informasi yang harus dipenuhi, yaitu:
1) Fungsi penciptaanAspek-aspek yang harus dapat dilakukan oleh TI adalah sebagai berikut:?

    * TI harus mampu menjadi medium atau sarana untuk mengubah fakta-fakta atau kejadian-kejadian sehari-hari yang dijumpai dalam bisnis perusahaan ke dalam format data kuantitatif.
    * Teknoligi harus mampu mengubah data mentah yang telah dikumpulkannya tersebut menjadi informasi yang relevan bagi setiap penggunanya, yaitu manajemen, staf, konsumen, mitra bisnis, pemilik perusahaan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
    * Hasil dari pengambilan keputusan akan memberikan berbagai dampak langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja bisnis perusahaan. TI mengolah informasi yang diperoleh dengan berbagai konteks organisasi yang ada menjadi sebuah knowledge yang dapat diakses oleh semua pihak di dalam perusahaan.
    * Kumpulan dari knowledge yang diperoleh dan dipelajari selama perusahaan beroperasi akan menjadi bekal suatu kebijakan yang tidak ternilai harganya.


2) Fungsi penyebaranTerhadap entitas fakta, data, informasi, knowledge tersebut TI memiliki fungsi-fungsi yang berhubungan dengan aspek penyebaran sebagai berikut:

    * Gathering. TI harus memiliki fasilitas-fasilitas yang mampu mengumpulkan entitas-entitas tersebut dan meletakkannya di dalam suatu media penyimpanan digital.?
    * Organising. Untuk memudahkan pencarian terhadap entitas-entitas tersebut di kemudian hari, TI harus memiliki mekanisme dalam mengorganisasikan penyimpanan entitas-entitas tersebut ke dalam media penyimpanan.
    * Selecting. TI harus menyediakan fasilitas untuk memudahkan pencarian dan pemilihan.
    * Synthesizing. TI harus mampu memenuhi kebutuhan manager dalam hal menggabungkan beberapa entitas menjadi satu kesatuan yang terintegrasi.
    * Distributing. TI harus mampu memiliki infrastruktur yang dapat menyalurkan berbagai entitas dari tempat penyimpanannya ke pihak-pihak yang membutuhkannya.

2. Perspektif Manajerial Dilihat dari sisi bisnis manajerial, terutama dalam kaitannya dengan manajemen supply chain, ada tiga peranan yang diharapkan oleh perusahaan dari implementasi efektif sebuah TI, yaitu :
1) Mengurangi resiko (minimize risks)Pada umumnya resiko berasal dari adanya ketidakpastian dalam berbagai hal dan aspek-aspek eksternal lain yang berada diluar perusahaan. Kehadiran TI selain harus mampu membantu perusahaan mengurangi resiko bisnis yang ada, perlu pula menjadi sarana untuk membantu manajemen dalam mengelola resiko (managing risks) yang dihadapi sehari-hari.
2) Mengurangi biaya (minimize costs)Tawaran lain yang ditawarkan TI adalah perbaikan efisiensi dan optimalisasi proses-proses bisnis di perusahaan. Ada empat cara yang ditawarkan TI untuk mengurangi biaya-biaya yang seringkali dikeluarkan untuk kegiatan operasional sehari-hari, yaitu :

    * Eliminasi proses. Implementasi berbagai komponen teknologi informasi akan mampu menghilangkan atau mengeliminasi proses yang dirasa tidak perlu (non value added process).
    * Simplifikasi proses. Berbagai proses yang panjang dan berbelit-belit (birokratis) biasanya dapat disederhanakan dengan mengimplementasikan berbagai komponen TI (basisdata dan aplikasi misalnya).
    * Integrasi proses. TI juga mampu melakukan pengintegrasian beberapa proses menjadi satu sehingga terasa lebih cepat dan praktis (secara langsung akan meningkatkan kepuasan pelanggan juga).
    * Otomatisasi proses. Mengubah proses manual menjadi otomatis merupakan tawaran lain untuk mempermudah perusahaan melaksanakan kegiatan operasionalnya sehari-hari dari TI.3) Menambah nilai (add value)Tujuan dari penciptaan value tidak saja sekedar memuaskan pelanggan (customer satisfaction), tetapi lebih jauh lagi untuk menciptakan loyalitas (customer loyalty) sehingga pelanggan tersebut selalu menjadi konsumennya untuk jangka panjang (customer bonding).

Jumat, 12 November 2010

ERP

ERP

PENGERTIAN
  • ERP adalah sebuah sistem informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap.
  •  Sistem ERP didasarkan pada database pada umumnya dan rancangan perangkat lunak modular
  •  ERP merupakan software yang mengintegrasikan semua departemen dan fungsi suatu perusahaan ke dalam satu sistem komputer yang dapat melayani semua kebutuhan perusahaan, baik dari departemen penjualan, HRD, produksi atau keuangan.

Syarat terpenting dari sistem ERP adalah Integrasi
  • Integrasi yang dimaksud adalah menggabungkan berbagai kebutuhan pada satu software dalam satu logical database, sehingga memudahkan semua departemen berbagi informasi dan berkomunikasi.
  •  Database yang ada dapat mengijinkan setiap departemen dalam perusahaan untuk menyimpan dan mengambil informasi secara real-time.
  • Informasi tersebut harus dapat dipercaya, dapat diakses dan mudah disebarluaskan.
  •  Rancangan perangkat lunak modular harus berarti bahwa sebuah bisnis dapat memilih modul-modul yang diperlukan, dikombinasikan dan disesuaikan dari vendor yang berbeda, dan dapat menambahkan modul baru untuk meningkatkan unjuk kerja bisnis

TUJUAN DAN PERANANNYA DALAM
ORGANISASI
  • Tujuan sistem ERP adalah untuk mengkoordinasikan bisnis organisasi secara keseluruhan
  • ERP merupakan software yang ada dalam organisasi/perusahaan untuk:
         - Otomatisasi dan integrasi banyak proses bisnis
         - Membagi database yang umum dan praktek bisnis melalui enterprise
         - Menghasilkan informasi yang real-time- Memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan
           perencanaan
KONSEP DASAR ERP



EVOLUSI SISTEM ERP



TAHAPAN EVOLUSI ERP
  • Tahap I : Material Requirement Planning (MRP). Merupakan cikal bakal dari ERP, dengan konsep perencanaan kebutuhan material
  • Tahap II: Close-Loop MRP. Merupakan sederetan fungsi dan tidak hanya terbatas pada MRP, terdiri atas alat bantu penyelesaian masalah prioritas dan adanya rencana yang dapat diubah atau diganti jika diperlukan
  • Tahap III: Manufakturing Resource Planning (MRP II). Merupakan pengembangan dari close-loop MRP yang ditambahkan 3 elemen yaitu: perencanaan penjualan dan operasi, antarmuka keuangan dan simulasi analisis dari kebutuhan yang diperlukan
  • Tahap IV: Enterprise Resource Planning. Merupakan perluasan dari MRP II yaitu perluasan pada beberapa proses bisnis diantaranya integrasi keuangan, rantai pasok dan meliputi lintas batas fungsi organisasi dan juga perusahaan dengan dilakukan secara mudah
  • Tahap V: Extended ERP (ERP II). Merupakan perkembangan dari ERP yang diluncurkan tahun 2000, serta lebih konflek dari ERP sebelumnya.

INTEGRASI ERP DALAM ORGANISASI


MODUL ERP
  • Manufacturing
  • Supply Chain Management
  • Financials
  • Projects
  • Human Resources
  • Customer Relationship Management
  • Data warehouse
  • Access Control
  • Customization

IMPLEMENTASI ERP
  • Implementasi sistem ERP tergantung pada ukuran bisnis, ruang lingkup dari perubahan dan peran serta pelanggan.
  • Perusahaan membutuhkan jasa konsultasi kustomisasi dan jasa pendukung
  • Migrasi data adalah salah satu aktifitas terpenting dalam menentukan kesuksesan dari implementasi ERP
  • Sayangnya, Migrasi data merupakan aktifitas terakhir sebelum fase produksi

Langkah strategi migrasi data yang dapat menentukan kesuksesan implementasi ERP: 
  • Mengidentifikasi data yang akan di migrasi
  •  Menentukan waktu dari migrasi data
  • Membuat template data
  • Menentukan alat untuk migrasi data
  • Memutuskan persiapan yang berkaitan dengan migrasi
  • Menentukan pengarsipan data

KELEBIHAN ERP
  • Integrasi antara area fungsional yang berbeda untuk meyakinkan komunikasi, produktifitas dan efisiensi yang tepat.
  • Rancangan Perekayasaan
  • Pelacakan pemesanan dari penerimaanmsampai fulfillment
  • Mengatur saling ketergantungan dari proses penagihan material yang kompleks
  •  Pelacakan 3 cara yang bersesuaian antara pemesanan pembelian, penerimaan inventori, dan pembiayaan
  • Akuntasi untuk keseluruhan tugas: melacak pemasukan, biaya dan keuntungan pada level inti

KELEMAHAN ERP
  • Terbatasnya kustomisasi dari perangkat lunak ERP
  • Sistem ERP sangat mahal
  • Perekayasaan kembali proses bisnis untuk menyesuaikan dengan standar industri yang telah dideskripsikan oleh sistem ERP dapat menyebabkan hilangnya keuntungan kompetitif
  • ERP sering terlihat terlalu sulit untuk beradaptasibdengan alur kerja dan proses bisnis tertentu dalam beberapa organisasi
  •  Sistem dapat terlalu kompleks jika dibandingkan dengan kebutuhan dari pelanggan
  • Data dalam sistem ERP berada dalam satu tempat, contohnya : pelanggan, data keuangan. Hal ini dapat meningkatkan resiko kehilangan informasi sensitif, jika terdapat pembobolan sistem keamanan

Kamis, 11 November 2010

FAKTA GOOGLE VS FACEBOOK: Google Lebih Dipercaya Ketimbang Facebook

FAKTA GOOGLE VS FACEBOOK: Google Lebih Dipercaya Ketimbang Facebook.

Para peneliti di Amerika menemukan sebuah fakta baru yang menyebutkan, saat ini orang lebih percaya kepada perusahaan teknologi atas seperti Google, Microsoft, dan Apple ketimbang situs jejaring sosial seperti Facebook atau Twitter.

Survei yang dilakukan oleh Zogby Internasional menyebutkan 49 persen dari 2.100 orang dewasa yang diwawancara sangat meyakini tiga perusahaan teknologi papan atas tersebut. Sedangkan Facebook hanya dipercayai oleh 13 persen orang, dan Twitter sebanyak 8 persen.

Dilansir melalui Telegraph, Rabu (23/6/2010), menurut Chief Executive Zogby International, John Zogby, Google, Apple dan Microsoft jauh lebih berpengalaman dalam mengemas nama merek, ketimbang Facebook dan Twitter yang belum memiliki identitas perusahaan.

Kendati demikian, kedua perusahaan ini diberi nilai lebih tinggi dari media tradisional, penelitian ini menyimpulkan satu dari lima orang dewasa muda, yang berusia antara 18 dan 29, memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi kepada Facebook. Sementara 15 persen anak muda mengatakan mereka percaya kepada Twitter.

Sedangkan, media tradisional menerima sedikit simpati dari masyarakat dengan hanya delapan persen dari seluruh orang dewasa dan enam persen orang dewasa muda mengatakan mereka mempercayai media tradisional. okezone.com